MAKALAH
ISLAM DAN PSIKOLOGI
Emosi
Senang pada Struktur Manusia dalam Psikologi Islam
(Tugas
ini dilengkapi untuk memenuhi UAS mata kuliah Islam dan Psikologi)
Dosen
Mata Kuliah:
Prof.
Dr. Abdul Mujib, M.Ag. M.Si
Disusun
Oleh:
Nia
Wahdaniyah 11140700000129
Fakultas
Psikologi
UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Saya panjatnya puji syukur khadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya dan atas ijin-Nya pula
saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah dengan tema “Emosi Senang pada Struktur
Manusia dalam Psikologi Islam”. Tidak lupa juga saya ucapkan shalawat serta
salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan para
pengikutnya karena telah membawa kita dari alam kegelapan menuju ke alam yang
terang benderang.
Saya sangat berharap makalah karya
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulisnya untuk dapat menambah
wawasan tentang Pendidikan Anak Berbakat dan apa saja faktor yang berhubungan
dengan Senang pada Struktur Manusia dalam Psikologi Islam. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu
Penulis membuka selebar-lebarnya kritik dan saran oleh pembaca untuk perbaikan
dimasa depan. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapa saja yang
membacanya. Penulis memohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang
berkenan.
Jakarta, Januari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
1.2 Rumusan
Masalah
1.3 Tujuan
Penulisan
1.4 Sistematika
Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Emosi Senang
2.1.1 Definisi Emosi
2.1.2 Definisi Emosi
Senang
2.1.3 Emosi Senang dalam
Psikologi Islam
2.2
Struktur Manusia
2.2.1 Definisi Struktur
Manusia dalam Psikologi Islam
2.2.2 Substansi Jasmani
2.2.3 Substansi Ruhani
2.2.4 Substansi Nafsani
a. Al-Qalb
(Kalbu)
b. Al-‘Aql
(Akal)
c.
An-Nafsiah (Nafsu)
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.2
Kritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Emosi adalah bentuk respon yang
dikeluarkan manusia terhadap situasi tertentu. Emosi dibagi atas dua bagian
yaitu emosi negatif dann emosi positif. Emosi negatif adalah dimana seseorang
menanggapi atau merespon suatu hal atau kejadian contohnya dengan Marah, Kesal, Sedih, atau yang lainnya. Sedangkan
Emosi positif adalah emosi yang dikeluarkan ketika seseorang menyukai kejadiann
atau situasi yang sedang dihadapinya contohnya Senang, Bahagia, Bersyukur,
Terharu, dan lain-lainnya.
Setiap emosi yang dirasakan seseorang
tentu ada hubungannya dengan Struktur Jiwa Manusia seperti Jasmani, Ruhani, dan
Nafsani dimana Nafsani terbagi lagi atas tiga bagian Al-Qalb (Kalbu), Al ‘Aql
(Akal), dan An-Nafsiah (Nafsu). Khusus nya emosi senang, akan membawa kita pada
hal-hal yang baik. Namun jika Senang yang kita rasakan secara berlebihan maka
akan membawa kita pada ketidak baikan juga seperti kita lupa akan Allah SWT
yang memberikan kita nikmat, merasa sombong, tidak memperdulikan orang
disekitar, atau hal tidak baik lainnya. Karena apapun yang dirasakan oleh
seseorang maka akan dirasakan pula oleh seluruh struktur jiwa.
1.2 Rumusan Masalah
Adakah pengaruh Emosi
Senang pada Struktur Manusia dalam Psikologi Islam?
1.3 Tujuan Penulisan
-
Untuk mengetahui adakah Pengaruh Emosi
Senang pada Struktur Manusia dalam Psikologi Islam
1.4 Sistematika Penulisan
Didalam
BAB I akan dijelaskan mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penulisan dari makalah ini. Selain itu akan ada Sistematika Penulisan yang akan
menjelaskan secara rinci apa saja hal-hal yang terdapat pada makalah ini.
Masuk
ke BAB II akan dijelaskan pembahasan mengenai topik terkait dengan judul yaitu
Emosi Senang pada Struktur Manusia dalam Perspektif Islam yang didalamnya
terdapat Sub penjelasan Definisi Emosi, Definisi Emosi Senang, Definisi Emosi
Senang dalam Psikologi Islam, Struktur Manusia yang memiliki substansi Jasmani,
substansi Ruhani, substansi Nafsani (Al-Qalb, Al ‘Aql, An Nafsiah).
Didalam
BAB III terdapat kesimpulan dari pembahasan yang telah dibahas dalam BAB II. Selain
kesimpulan, penulis juga meminta kritik dan saran bagi pembaca agar perbaikan
makalah dimasa mendatang.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Emosi Senang
2.1.1 Definisi Emosi
Sebagai makhluk sosial, manusia dalam
melakukan proses interaksi dengan lingkungannya dapat dipastikan pernah
mengalami saat-saat dimana ia merasa sangat marah, engkel, muak terhadap
perlakuan orang yang dinilainya tidak adil, tidak pantas, atau tidak pada
tempatnya. Pada saat yang lain, ia merasa bahagia, tentram, atau puas berkat
adanya faktor-faktor tertentu yang membuatnya demikian . tidak jarang
peristiwa-peristiwa yang dialami manusia menjadikannya menangis tersedu-sedu,
muka pucat pasi atau merah padam, nada bicaranya terputus-putus, bergetar
seluruh tubuhnya, melompat kegirangan, berteriak, membanting pintu, atau
ekpresi lain yang dapat dikenali.
“While
we have not given a concise of emotion because none is generally accepted, this
list gives the highlight of what is meant by the term” [1]
“Emosi dikategorikan dalam beberapa
segmen: bersifat positif dan negatif (they
are positive or negative), primer dan campura (they are primary or mixed), banyak yang bergerak ke kutub yang
berlawanan (many are polar opposites),
dan intensitasnya bervariasi (they vary
in intensity)”.[2]
“Terdapat beberapa emosi dasar, dan
empat diantaranya selalu disebut para ahli, yakni: kegembiraan (joy), ketakutan (fear), kesedihan (sadness),
dan kemarahan (anger) yang
digambarkan dalam sebuah lingkaran (roda)
bersama dengan emosi-emosi campuran (mixed)
yang bisa sangat beragam”[3]
“Di manapun, orang menunjuk hal baru
sebagai stimulus emosi, namun apa yang disebut baru berbeda secara
besar-besaran dari satu budaya ke budaya lain”[4]
“Teori emosi two-factor menyebutkan bahwa penanaman emosi didasarkan pada
perubahan fisiologis berikut interpretasi kognitif dari perubahan itu”[5]
Emosi adalah suatu gejala
psiko-fisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku,
serta mengeawantah dalam bentuk ekspresi tertentu. Emosi dirasakan psiko-fisik
karena terkait langsung dengan jiwa dan fisik. Ketika eosi bahagia
meledak-ledak, secara psikis memberikan kepuasan, tapi secara fisiologis
membuat jantung berdebar-debar atau langkah kaki terasa ringan, juga berteriak
leluasa secara puas kegirangan. Namun, hal-hal yan disebutkan tidak selalu
dirasakan oleh semua orang, karena apa yang orang lain rasakan adalah hal yang
berbeda-beda. Ada yang merasa sedih, dan ketika sedih hanya terdiam atau ada
yang jika bercerita dengan orang lain merasa sedihnya sedikit terobati.
Tergantung bagaimana cara seseorang menanggapi situasi yang dialaminnya. Jika
lulus sekolah membuat mereka berbahagia atau merasa senang maka perilaku yang dikeluarkan
pun tentu akan senang. Tapi sebaliknya.
2.1.2 Definisi Emosi Senang
Emosi senang/bahagia umumnya
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang membuat kesenangan dalam hidup. “we define happiness as overall satisfaction
with life”[6]. Perasaan senang yang meliputi cinta,
puas, gembira, dan bahagia adalah kondisi-kondisi yang senantiasa didambakan
oleh manusia. Segala daya dan upaya dikerahkan untuk mencari dan memperoleh apa
saja yang membuat kita senang.
“Namun yang membedakan adalah bagaimana seseorang
mempersepsikan sesuatu yang membuat dia senang/bahagia”[7]
2.1.3 Emosi Senang dalam
Psikologi Islam
Dalam Al-Qur’an disebutkan beberapa
surat mengenai emosi senang/bahagia. Setiap manusia ingin mendapatkannya.
Manusia akan berusaha kuat sekuat mungkin untuk menghadirkannya dan ini
merupakan tujuan utama hidup didunia ini apabila tidak didapat akan hampa dan
tanpa makna hidup yang dijalani. Pada beberapa orang tolak ukurnya adalah
mendapatkan kesenangan duniawi, yaitu apabila mendapat harta yang banyak,
menduduki jabatan tinggi, memiliki kekuasaan yang luas, dll. Namun disisi lain,
terdapat orang yang bahagia apabila berpegang teguh pada keimanan, takwa, dan
beramal shaleh supaya mendapatkan kebahagiaan diakhirat nanti. Dengan demikian
senang/bahagia menjadi sifat relatif, tergantung dari tujuan-tujuan yang ingin
didapatkan dari kehidupan seseorang.
Hude telah merangkum beberapa ungkapan
emosi senang dalam Al-Qur’an diantaranya
adalah:
a. Senang
meraih kenikmatan dan terbebas dari kesulitan
Surat
A r-Rum, Ayat 21
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Dia menciptakan isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kammu cenderung dan
merasa tentram kepada-Nya, dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih sayang.
Sesungguhnnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berfikir”
b. Senang
memberi dan menerima
Surat
Al-Hasr ,Ayat 09
“Dan orang-orang yang telah menempati kota
Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin),
mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan
mereka (Anshor tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang
diberikan kepada mereka (Muhajirin) ; dan mereka mengutamakan (orang-orang
Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang
beruntung”
c. Senang
mencintai dan dicintai Allah SWT
Surah
Al-Baqarah, Ayat 165
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang
menyebah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana
mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya
kepada Allah SWT. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu
mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu
kepunyaan Allah SWT semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya
mereka menyesal)”
d. Dan
lain-lain
Ibarat seperti makan yang berlebihan,
senang yang berlebihan juga dapat
menghasilkan outcome yang tidak baik. Ketika senang yang berlebihan akan
membawa kita pada ketidaksenangan dan mendekati kita pada hura-hura yang
berlebihan. Untuk itu senang harus sesuai dengan porsinya, tidak berlebihan dan
tidak mengabaikan juga.
2.2 Struktur Manusia
2.2.1 Definisi Struktur
Manusia dalam Psikologi Islam
Manusia bergerak, tumbuh, dan berkembang
menggambarkan adanya kehidupan. Manusia hidup karena ada energi kehidupan, ada
semacam listrik kehidupan. Tetapi listriknya berbeda dengann listrik mesin
mobil atau yang ada didalam batu batere.
2.2.2 Substansi Jasmani
Struktur tubuh manusia setiap individu
tidak berbeda dari struktur organ dan fungsi lainnya. walaupun berbeda warna,
besar, dan penampakannya. Semuanya mempunyai kepala, jantung, perut, dua
tangan, dua kaki, dan organ tubuh lainnya. semuanya membutuhkan nutrisi, air,
dan udara. Semuanya membutuhkan tidur, bergerak dan melepaskan cairan.
Kenyataan setiap tubuh manusia memerlukan hal-hal tertentu adalah khasiat yang
telah diberikan oleh Allah SWT kepada manusia. Inilah yang disebut keperluan
jasmani (al-Hajat al-Uduwiyah). Dan
keperluan jasmani ini merupakan pemenuhan. Maka untuk memenuhi keperluan ini
manusia memerlukan keadaan, zat-zat serta aktivitas tertentu. Keadaan yang
diperlukan oleh tubuh manusia antara lain adalah istirahat, tidur dan suhu udara
tertentu. Sedangkan benda yang diperlukan antara lain adalah makanan, minuman,
dan lain-lain.
Keperluan jasmani manusia merupakan
keperluan asas, yang lahir dari kerja struktur organ tubuh manusia. Apabila
keperluan azas tersebut tidak terpenuhi maka struktur organ tubuhnya akan
mengalami gangguan yang kemudian akan mengalami kerusakan jika terus tidak
dipenuhi.
Secara takwini (bawaan) manusia diberikan oleh Allah SWT sistem kontrol
tubuh yang unik, sebagai mekanisme sunnattullah
(hukum-hukum yang mengatur alam) pada diri manusia, yaitu:
1. Ukuran
Kadar Kebutuhan yang Tertentu. Setiap organ memiliki batasan dalam
pemenuhannya. Agar tidak memaksakan fungsi yang telah ditentukan dari Allah SWT
ada baiknya kita mencukupkan segala sesuatunya, tidak berlebihan namun juga
tidak kekurangan.
2. Titik
Keseimbangan (Homeostatis, Equilibrium)
3. Prinsip
Kepuasan (Pleassure Principle)
Firman Allah SWT. dalam QS. Al-Tin [95]:
4
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ
فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
|
“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
sebaik-baiknya”
Daya hidup manusia telah menyatu dalam
organ tubuh manusia yang pusat peredaranya berada pada jantung. Aspek jasmani
manusia memiliki sunatullah. Aspek sunatullah ini boleh dikatakan sama dengan
sunatullah pada tumbuhan dan hewan. Hal itu dapat dicontohkan dengan proses
reproduksi manusia. Penciptaan jasmani bersifat gradual (al-tadarruj). Artinya, penciptaan itu bertahap menurut proses
biologis.
2.2.3 Substansi Ruhani
Keunikan esensial psikologi kepribadian
Islam dengan psikologi kepribadian yang lain adalah masalah struktur Ruh.
Karena Ruh, seluruh bangunan kepribadian manusia dalam islam menjadi khas. Ruh
merupaka substansi (jawhar)
psikologis manusia yang menjadi esensi keberadaannya, baik didunia maupun di
akhirat. Pemahaman hakikat ruh sangat misteri, bahkan dalam QS. Al-Isra’ [17]:
85
“Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi
pengetahuan melainkan sedikit”
Pendapat para ahli tentang Ruh dapat diklasifikasikan
dalam tiga bagian, yaitu:
1.
Materialisme.
Ruh menjalar keseluruh tubuh manusia yang menjadikan kehidupan, gerak, merasa,
dan berkehendak. Ruh adalah persenyawaan yang harmonis antara unsur panas
(api), dingin (udara), lembab (air), kering (tanah). [8]
2.
Spiritualisme (ruh merupakan substansi
yang bersifat ruhani dan tak satupun cirinya bersifat jasmani). Ruh
tidak tersusun atas materi, sebab dia abstrak dan dapat menangkap beberapa
bentuk kedua tidak menghilangkan bentuk pertama. [9]
3.
Gabungan (materialisme-spiritualisme).
Ruh merupakan kesatuan jiwa (al-nafs)
dan badan.[10]
Ikhwah Shafa lebih lanjut menjelaskan
bahwa QS Al-A’raf [7]: 172 dan Al-Ahzab [33]: 72 dengan ta’wil batini. Menurutnya, kesaksian Ruh dialam perjanjian itu
terbagi dua kategori: (1) Ruh yang tahu (alim)
dan arif hakikatnya. Kesaksian itu benar dan diterima; (2) Ruh yang bodoh (jahl). Kesaksian itu salah dan tertolak.
Kebodohan Ruh disebabkan oleh kealpaan dirinya
terhadap natur badan yang ditempati. Badan bernatur kotor dan buruk dapat mengotori
kesucian Ruh. Apabila Ruh terlena oleh kenikmatan badani berarti kesaksiannya
ditolak.
2.2.4 Substansi Nafsani
Istilah nafs dalam Al-Qur’an memiliki banyak makna. Dalam konteks ini, nafs memiliki arti psikofisik manusia,
yang mana komponen jasad dan ruh telah bersinergi. Nafs memiliki natur gabungan antara natur jasad dan ruh. Nafs adalah potensi jasadi-ruhani
(psikofisik) manusia yang secara inhern telah ada sejak jasad manusia siap
menerimannya, yaitu usia empat bulan dalam kandungan. Potensi terikat ini
terikat dengan hukum yang bersifat jasadi-ruhani. Aktualitas nafs merupakan citra kepribadian
manusia, yang aktualisasi itu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya
faktor usia, pengalaman, pendidikan, pengetahuan, lingkungan, dan sebagainya.
Nafs
memiliki
potensi gharizah. Gharizah dalam arti etimologi berarti insting, naluri,
tabiat, perangkai, kejadian laten, ciptaan dan sifat bawaan. Insting adalah suatu reaksi yang
kompleks dan tidak dipelajari (terlebih dahulu) yang menjadi sifat-sifat khas
satu spesies, seperti insting akar tumbang yang selalu mencari air.[11]
“Insting
adalah merupakan bagian dari struktur id. Insting adalah perwujudan psikologis
dari suatu sumber rangsangan jasmaniahnya darimana hasrat itu muncul disebut
dengan kebutuhan (need)” [12]
“Insting adalah nafsu asli yang menjadi
tenaga pendorong bagi kepribadian manusia”[13]
“Insting adalah keadaan pembawaan yang
menjadi pendorong atau sebab (motif) bagi timbulnya perbuatan, sikap, dan
ucapan bagi manusia”[14]
Ghazirah
yang
dimaksud di sini adalah sebagaimana pada pengertian insting. Ghazirah adalah potensi laten
(terpendam) yang ada pada psikofisik manusia yang dibawanya sejak lahir dan
yang akan menjadi pendorong serta penentu bagi tingkah laku manusia, baik
berupa perbuatan, sikap, ucapan, dan sebagainya.
a. Al-Qalb
(Kalbu)
Kalbu (al-qalb) merupakan salah satu daya nafsani. Sebagian ada yang
mengasumsikan sebagai materi organik (al’adhuw
al-madi), sedang sebagian yang lain menyebutnya sebagai sistem kognisi (jihaz idraki ma’rifi) yang berdaya emosi
(al-syu’rur). Al Ghazali secara tegas
melihat kalbu dari dua aspek:
1. Kalbu
jasmani adalah daging sanubari yang berbentuk seperti jantung pisang yang
terletak didalam dada sebelah kiri.
2. Kalbu
ruhani adalah sesuatu yang bersifat halus (lathif),
rabbani, dan ruhani yang berhubungan dengan kalbu jasmani. Bagian yang kedua
ini merupakan esensi manusia. [15]
Kalbu jasmani merupakan jantung (heart) yang menjadi pusat jasmani
manusia. Ia berfungsi sebagai pusat peredaran dan pengaturan darah. Sedang kalbu ruhani hanya dimiliki manusia, yang
menjadi pusat kepribadiannya. Kalbu ruhani memiliki karakteristik khusus:
1. Ia
memiliki insting yang disebut dengan al-nur
al-ilahi (cahaya ketuhanan) dan al-bashirah
al-bathinah (mata batin) yang memancarka keimanan dan keyakinan.
2. Dia
diciptakan oleh Allah SWT sesuai dengan fitrah asalnya dan berkecenderungan
menerima kebenaran dari-Nya.
Kalbu ini berfungsi sebagai pemandu, pengontrol,
dan pengendali semua tingkah laku manusia. Kalbu ini memiliki natur ilahiyyah atau rabbaniyah. Natur ilahiyyah
merupakan aspek supra-kesadaran manusia, yang dipancarkan dari Tuhan.
Kalbu ini memiliki berbagai daya insani;
(1) daya inderawi seperti penglihatan dan pendengaran; dan (2) daya psikologis
seperti kognisi, emosi, konasi, meskipun daya emosi lebih dominan.
Emosi merupakan satu reaksi kompleks
yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-perubahan secara
mendalam serta dibarengin dengan perasaan (feeling)
yang kuat atau disertai keadaan afektif.
Daya emosi kalbu dalam Al-Qur’an maupun
al-Sunnah ada yang positif dan ada pula yang negatif. Emosi positif misalnya
cinta, senang, riang, percaya (iman),
tulus (ikhlash), dan sebagainya.
Sedangkan emosi negatif, seperti benci, sedih, ingkar (kufr), mendua (nifaq) dan
sebagainya. Daya-daya emosi kalbu dapat teraktualisasi melalui rasa intelektual,
rasa inderawi, rasa etika, rasa estetika, rasa sosial, rasa ekonomi, rasa
religius dan rasa yang lain.
Al-Thabathabai menyebut dalam tafsirnya
bahwa fungsi kalbu selain berdaya emosi juga berdaya kognisi. Daya kalbu yang
lain adalah konasi yang mana manusia mampu beraksi, berbuat, berusaha,
berkemampuan dan berkehendak.
Al-Taubah [9]; 8
“Bagaimana
bisa (ada perjanjian dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang
musyrikin), padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka
tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula
mengindahkan) perjanjian. Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang
hatinya menolak. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (tidak
menepati perjanjian)”
b. Al-‘Aql
(Akal)
Secara etimologi, akal memiliki arti al-imsak (menahan), al-ribath (ikatan), al-hajr (menahan),
al-nahi (melarang), dan man’u (mecegah). Berdasarkan makna bahasa ini maka yang disebut
orang yang berakal (al’aqil) adalah
orang yang mampu menahan dan mengikat hawa nafsunya. Jika hawa nafsunya terikat
maka jiwa rasionalitasnya mampu bereksistensi. Akal merupakan bagian dari daya
nafsani manusia yang memiliki dua makna;
1. Akal
jasmani
2. Akal
ruhani
Akal mampu memperoleh pengetahuan
melalui daya nalar (al-nazar), sedang
tabiat memperoleh pengetahuan melalui daya naluriah atau budaya alamiah (al-dharuuriyah). Akal secara psikologis
memiliki fungsi kognisi (daya cipta). Kognisi adalah sesuatu konsep umum yang
mencakup semua bentuk pengenalan yang mencakup mengamati, melihat,
memperhatikan, memberikan pendapat, mengasumsikan, berimajinasi, memprediksi,
berfikir, mempertimbangkan, menduga, dan menilai.
c. An-Nafsiah
(Nafsu)
Nafsu sebagai daya nafsani memiliki
banyak pengertian: pertama, nafsu
merupakan nyawa manusia, yang wujudnya berupa angin (nafas) yang keluar-masuk
didalam tubuh manusia melalui mulut dan kerongkongan; kedua, nafsu merupakan sinergi jasmani-ruhani manusia dan merupakan
totalitas struktur kepribadian manusia; ketiga,
hawa nafsu, yaitu bagian dari daya nafsani yang berarti hawa nafsu yang
memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan al-ghadhabiyyah
dan al-syahwaniyyah.
Hawa nafsu memiliki dua daya yang pokok,
yaitu: pertama, al-ghadhab adalah
suatu daya yang berpotensi untuk menghindari diri dari segala yang
membahayakan. Kedua,Al-Syahwat adalah
suatu daya yang berpotensi untuk menginduksi diri dari segala yang
menyenangkan.
Dalam perspektif psikologi, hawa nafsu
memiliki daya konasi (daya karsa). Konasi (kemauan) adalah bereaksi, berbuat,
berusaha, kemauan, dan berkehendak. Aspek konasi kepribadian ditandai dengan
tingkah laku yang bertujuan impuls untuk berbuat.
[1] M. Darwis Hude, Emosi, Erlangga, Depok, 2006, hlm. 18.
[2] Ibid, hlm. 19.
[3] Ibid, hlm. 22.
[4] Ibid, hlm. 35.
[5] M. Darwis Hude, Emosi, Erlangga, Depok, 2006, hlm. 59.
[6] Ibid, hlm. 137.
[7] Zahrotun Nihayah, dkk., Psikologi Umum, 2014. hlm 128.
[8] Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 71.
BAB III
PENUTUP
a. Emosi
Senang pada Struktur Jasmani
Seperti yang telah dijelaskan pada
pembahasan bahwa memenuhi keperluan ini manusia memerlukan keadaan, zat-zat
serta aktivitas tertentu. Keadaan yang diperlukan oleh tubuh manusia antara
lain adalah istirahat, tidur dan suhu udara tertentu. Ketika merasakan Emosi senang, maka akan
berpengaruh pada struktur jasmaninya, dimana dalam hal ini adalah merasakan
bahwa keadaan seluruh tubuh akan mampu bergerak dengan senang juga karena emosi senang yang
dirasakan.
Ketika merasakan Emosi senang struktur
jasmani terasa lebih segar karena apa yang dirasakan suka pada situasi yang
dialami. Dengan begitu jasmani akan sehat karenna fungsi organnya berperan
baik. Selain itu jasmani akan bersemangat dalam melakukan aktifitas apapun
sehingga dapat membuat badan bergerak aktif (tidak diam saja).
b. Emosi
Senang pada Struktur Ruhani
Dalam hal ini Emosi senang mampu membawa
kita pada aktivitas kita pada hal-hal yang positif dengan begitu tentu Ruh kita
akan bernatur bersih dan suci. Dimana hal positif yang kita lakukan dari emosi
senang itu akan melibatkan Ruh kita melakukan hal yang baik. Seperti yang tadi
sudah disebutkan dalam pembahasan bahwa badan bernatur kotor dan buruk dapat
mengotori kesucian Ruh. Apabila kesenangan itu dilakukan dengan cara yang
salah, contohnya senang dengan kesedihan orang lain, senang melihat orang lain
susah, senang akan musibah yang terjadi pada saudara-saudara kita hal itu tentu
akan mengotori ruh karena senang yang dilandasi pada ke irian sesama manusia.
Dimana hal itu adalah senang yang negatif.
c. Emosi
Senang pada Struktur Nafsani
Emosi merupakan satu reaksi kompleks
yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-perubahan secara
mendalam serta dibarengin dengan perasaan (feeling)
yang kuat atau disertai keadaan afektif. Daya emosi kalbu dalam Al-Qur’an maupun
al-Sunnah ada yang positif dan ada pula yang negatif. Emosi positif misalnya
cinta, senang, riang, percaya (iman),
tulus (ikhlash), dan sebagainya.
Sedangkan emosi negatif, seperti benci, sedih, ingkar (kufr), mendua (nifaq) dan
sebagainya. Daya-daya emosi kalbu dapat teraktualisasi melalui rasa
intelektual, rasa inderawi, rasa etika, rasa estetika, rasa sosial, rasa
ekonomi, rasa religius dan rasa yang lain. Dengan begitu Emosi pada senang
membawa pada emosi positif yang akan membuat Kalbu dimana merasakan
kebahagiaan. Dan ketika kita merasa senang maka jantung maupun hati akan merasa
berdebar dan menunjukan ekspresi tertawa maupun tersenyum serta tersipu malu.
Emosi itu sendiri datangnya dari Kalbu, apabila kalbu merasakan kesenangan
sudah pasti jasmani dan yang lainnya akan mengikuti perubahan positif, kecuali
senang negatif yang sudah disebutkan.
Ketika emosi senang, akal akan berkerja
optimal, dimana apa yang kita lihat disekeliling akan menjadi peluang ide untuk
kita melakukan sesuatu dengan semangat. Dan ide yang dikeluarkan pada saat
merasakan emosi senang akan lebih baik dan bagus serta matang dibanding ide
yang dikaluarkan pada saat emosi sedih (negatif).
Hawa nafsu yang dirasakan pada saat
senang cenderung tinggi atau dapat disebut ambius. Ketika emosi senang
dirasakan seseorang maka apapun yang ingin atau sedang dilakukan menjadi lebih
semangat. Ketika semangat itu membara karena emosi senang juga harus dikontrol,
jika tidak dikontrol dapat membawa kita pada emosi negatif seperti ceroboh,
karena terlalu bersemangat sampai-sampai tidak berhati-hati dalam melakukan
apapun.
Kesimpulannya adalah Emosi senang akan
berpengaruh pada Struktur Manusia karena apapun yang dirasakan manusia itu,
maka akan dirasakan pula oleh jiwa dan raganya. Karena stimulus yang diberikan
dapat membangkitkan semangat. Namun perlu diperhatikan jika semangat dan emosi
senang itu ditanggapi dengan berlebihan akan menyebabkan kecerobohan bahkan
kesombongan. Menanggapi dengan tidak berlebihan atau mengekspresikan dengan
secukupnya.
Seperti Firman Allah dalam Surah
Al-A’raaf Ayat 31;
“Wahai anak cucu Adam!
Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid , makan dan
minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan”
3.2 Kritik dan Saran
Saya menyadari terdapat banyak kesalahan
dalam pembuatan makalah ini, dalam bentuk tulisan, bacaan, maupun rangkaian
kata. Untuk itu penulis ingin meminta kritik dan saran bagi siapa saja yang
membaca makalah ini. Demi kelancaran dan perbaikan dimasa mendatang.
DAFTAR
PUSTAKA
Dr.
Purwanto, Yadi, MM., Psi. (2011). Psikologi
Kepribadian: Integrasi Nafsiyah dan ‘Aqliyah
Perspektif Psikologi Islami. Bandung: PT Refika Aditama.
Dra.
Nihayah, Zahrotun, M. Si., dkk. (2014). Psikologi Umum. Jakarta.
Drs.
H. Mujib, Abdul. M. Ag. (2006). Kepribadian
dalam Psikologi Islam. Jakarta: PT
Raja Grafindo.
Hude,
M. Darwis. (2006). Emosi. Depok: Erlangga